1. Primary Flaccidity periode relaksasi primer(Dalam fase ini otot-otot lemas, dan masih dapat dirangsang secara mekanik maupun elektrik. fase ini terjadi dalam stadium somatic death Primary flaccidity berlangsung selama 2 sampai 3 jam.
2. Rigor Mortis (kaku mayat) Dalam fase ini otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun elektrik. Terjadi dalam stadium cellular death dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Fase rigor mortis ini dibagi dalam 3 bagian:
a. Kaku mayat belum lengkap Kaku mayat terjadi serentak pada otot-otot seluruh tubuh, tetapi manifestasinya tidak bersamaan. Mula-mula kaku mayat terlihat pada Mm. Orbicularis oculi, kemudian otot-otot rahang bawah, otot-otot leher, ekstremitas atas, thoraks, abdomen, dan ekstremitas bawah. Fase ini berlangsung 3 jam. Setelah kematian, konsentrasi Ca2+ sitosol mulai meningkat, kemungkinan besar karena membran sel otot inaktif tidak dapat menahan Ca2+ ekstrasel dan juga mungkin karena Ca2+ keluar dari kantong lateral. Ca2+ ini menggeser ke samping troponin dan tropomiosin, menyebabkan aktin berikatan dengan jembatan silang miosin, yang sudah dibekali ATP sebelum kematian. Sel-sel mati tidak lagi dapat menghasilkan ATP sehingga aktin dan miosin, sekali terikat, tidak dapat terlepas karena mereka tersebut tidak memiliki ATP segar. Karena itu, filamen tipis dan tebal tetap terikat oleh jembatan silang imobil, menyebabkan otot yang mati menjadi kaku
b. Kaku mayat lengkap Fase kaku mayat lengkap in dipertahankan selama 12 jam.
c. Kaku mayat mulai menghilang Urut-urutan hilangnya kaku mayat sama seperti pada waktu timbulnya, terkecuali otot rahang bawah, yang paling akhir menjadi lemas. Fase ini berlangsung selama 6 jam.
3. Secondary Flaccidity (periode relaksasi sekunder) Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein. Proses pembusukan juga mulai terjadi
Sumber:
Sherwood, L. 2013. Introduction Of Human Physiology. EGC