Ketika seseorang berolahraga dalam cuaca panas tanpa beradaptasi secara bertahap ke lingkungan panas, tubuh dapat menghadapi dilema yang berbahaya. Selama olahraga, banyak darah yang harus dialirkan ke otot untuk memasok O2 dan nutrien serta mengeluarkan zat sisa yang menumpuk akibat tingkat aktivitas yang tinggi. Otot yang berolahraga juga menghasilkan panas. Untuk mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi panas tambahan ini, aliran darah ke kulit ditingkatkan sehingga panas dari darah yang hangat dapat dikeluarkan melalui kulit ke lingkungan sekitar, Jika suhu lingkungan lebih panas daripada suhu tubuh, panas tidak dapat dikeluarkan dari darah ke lingkungan sekitar meskipun terjadi vasodilatasi kulit yang maksimal. Tubuh malah menerima panas dari lingkungan yang lebih hangat dan hal ini menambah dilema. Karena aliran darah meningkat ke otot dan kulit saat seseorang beroiahraga pada cuaca panas, darah yang dikembalikan ke jantung berkurang dan jantung memompa lebih sedikit darah per denyut sesuai dengan mekanisme Frank-Starling. Karena itu, jantung harus berdenyut lebih cepat dibandingkan jika di lingkungan dingin untuk mengalirkan darah dalam jumlah yang sama per menit. Peningkatan kecepatan pemompaan jantung juga menambah produksi panas.
Jantung memiliki kecepatan denyut maksimal yang dapat dicapainya. Jika olahraga berlanjut dengan intensitas tinggi dan kecepatan maksimal ini telah tercapai, otot-otot yang berolahraga akan memenangkan perebutan pasokan darah ini. Pendinginan dikorbankan seiring dengan menurunnya aliran darah kulit. Jika olahraga berlanjut, panas tubuh akan terus meningkat, dan dapat terjadi heat exhaustion (nadi cepat dan lemah; hipotensi, keringat berlebihan; dan disorientasi) atau heat stroke (kegagalan pusat kontrol suhu di hipotalamus; kulit panas kering; kebingungan ekstrim atau pingsan; dan mungkin kematian).
Sumber:
Sherwood, L. 2013. Introduction Of Human Physiology. EGC