Rigor mortis terjadi karena habisnya adenosin trifosfat (ATP) yang dibutuhkan dalam metabolisme sel otot. ATP sebagai sumber energi bagi otot untuk dapat berkontraksi, dan untuk dapat mempertahankan kontraksi, otot memerlukan pasokan ATP yang terus menerus. Tanpa pasokan yang berkelanjutan, ATP yang ada pada otot hanya cukup untuk mempertahankan kontraksi otot selama beberapa detik.
Pada kondisi optimal, sistem fosfagen dapat memberi pasokan untuk daya otot maksimal selama 10-15 detik; sistem glikogen-asam laktat dapat memberi pasokan selama 30-40 detik; dan sistem aerob dapat bekerja untuk waktu yang tidak terbatas. Setelah kontraksi akibat aktifitas, ketiga sistem ini memerlukan waktu untuk memulihkan diri. Setelah kematian, semua produksi ATP berhenti walau konsumsi tetap terjadi. Dengan habisnya ATP, filamen aktin dan miosin menjadi terikat secara permanen dan terbentuklah kaku mayat.
Kristanto, E., & Wangko, S. (2015). Patofisiologi Rigor Mortis.