1. Stress didefinisikan sebagai respon pertahanan hewan dan stressor merupakan situasi yang dapat merangsang respon pertahanan tersebut. Terdapat berbagai macam bentuk stressor, mulai dari yang berbentuk fisik, kimia, fisiologis, maupun patologis. Stressor inilah yang dapat mengganggu keseimbangan (homeostasis) dari tubuh hewan tersebut. Stres internal maupun eksternal menjadi faktor pendukung terhadap munculnya gangguan kesehatan pada ayam. Memproteksi ayam dari stres eksternal akibat pengaruh dari pemanasan global seharusnya menjadi hal wajib bagi peternak. Ayam yang mengalami stres memperlihatkan ciri-ciri umum seperti terlihat gelisah, banyak minum, nafsu makan berkurang, mengepak-epakan sayap di lantai kandang, bahkan dapat mendorong perilaku kanibalisme. Gejala yang timbul akibat heat stress yaitu painting yang frekuensinya berbanding lurus dengan tingkat stres, suhu rektal yang meningkat, diikuti oleh peningkatan hormon kortikosteron, dan ekspresi heat shock protein (HSP) 70.
2. Mekanisme perubahan fisiologis dalam tubuh hewan menanggapi stres ditandai dengan diaktifkannya sistem neurogenik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, otot, sensitivitas syaraf, gula darah, dan respirasi. Tubuh akan mengaktifkan hypothalamic-pirtuary-adrenal cortical system jika gagal untuk mengatasi stress. Sistem ini akan menghasilkan corticotrophin-releasing factor (CRF) dari hipotalamus yang akan merangsang hipofise untuk melepaskan adenocorticotropic hormone (ACTH). Sekresi dari ACTH ini akan menggretak korteks adrenal untuk mengeluarkan kortikosteroid.
3. Ammonia merupakan gas berbau tajam. Pada konsentrasi yang tinggi, ammonia dapat menyebabkan iritasi membran mucosa saluran pernapasan, konjungtiva dan cornea mata. Kerusakan pada membran mukosa tersebut dapat menyebabkan infeksi bakteri, terutama yang disebabkan oleh E. coli. Konsentrasi ammonia yang tinggi juga dapat menyebabkan efek negatif pada daya tahan, berat badan dan system imun ayam.