1. Stres panas pada unggas (di atas suhu nyaman unggas) akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang ditunjukkan oleh peningkatan frekuensi panting dan konsumsi air minum, serta menurunnya konsumsi pakan. Kondisi fisiologis dan hormonal juga terpengaruh oleh stres panas, ditandai dengan meningkatnya hormon ACTH. Stres panas menyebabkan labilnya senyawa-senyawa tertentu, seperti enzim, sehingga enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan selanjutnya mempengaruhi kondisi fisiologis dan hormonal di dalam tubuh ternak unggas. Dalam kondisi seperti itu, tubuh berusaha untuk mengembalikan homeostasis seperti sebelum terjadi stres.
2.
(1) Radiasi panas dari ayam ke lingkungan terjadi akibat perbedaan temperatur permukaan tubuh dan temperatur udara sekitarnya.
(2) Konveksi terjadi melalui aliran udara dari jengger, pial, wajah, kaki, jari-jari, leher, tubuh dan sayap.
(3) Konduksi terjadi dengan menyalurkan panas dari tubuh ke permukaan benda, misalnya litter, lantai atau dinding kandang (Hilman et al., 1985).
(4) Evaporasi (penguapan): perpindahan panas karena adanya penguapan dari bagian tubuh ayam.
(5) Faecal Excreta (buang panas melalui kotoran): perpindahan panas melalui kotoran yang lebih basah karena banyak minum. Evaporasi dan Faecal Excreta sangat penting bertanggung jawab atas kejadian dehidrasi pada ayam penderita heat stress.
3. Kadar amoniak tidak boleh lebih dari 25 ppm, Pada konsentrasi yang tinggi, ammonia dapat menyebabkan iritasi membran mucosa saluran pernapasan, konjungtiva dan cornea mata. Kerusakan pada membran mukosa tersebut dapat menyebabkan infeksi bakteri, terutama yang disebabkan oleh E. coli. Konsentrasi ammonia yang tinggi juga dapat menyebabkan efek negatif pada daya tahan, berat badan dan system imun ayam