Kaku mayat sendiri terjadi akibat hilangnya ATP dari otot-otot tubuh manusia. Adapun ATP hanya dapat beregenerasi bila proses metabolisme terjadi. Oleh karena itu, disaat seseorang meninggal dunia, maka proses metabolisme juga akan ikut berhenti sehingga suplai ATP tidak lagi terbentuk. Hal inilah yang menyebabkan tubuh perlahan-perlahan akan menjadi kaku seiring menipisnya jumlah ATP pada otot. Mengingat bahwa dengan menipisnya jumlah ATP maka akan membuat protein otot (aktin dan miosin) menggumpal dan otot menjadi kaku. Kekakuan ini akan bertahan hingga terjadinya dekomposisi. Dekomposisi dapat dibedakan menjadi dua proses utama, yaitu autolisis dan putrefikasi. Sedangkan, Autolisis adalah proses penghancuran sel dan organ oleh enzim-enzim intrasel. Pada proses inilah ikatan aktin dan miosin yang menggumpal dihancurkan. Dengan demikian, terlepasnya ikatan aktin dan miosin oleh enzim proteolitik membuat tubuh mayat lemas kembali. Biasanya rigor mortis akan menghilang dari seluruh otot setelah 24 jam postmortem.