Menurut saya setelah membaca beberapa referensi saya menyimpulkan bahwa Rigor mortis terjadi karena ketika seseorang meninggal sudah pasti tidak ada aktivitas sel di tubuhnya sehingga tidak terjadi proses pembentukan ATP, sedangkan ATP sangat dibutuhkan pada metabolisme sel otot dan sebagai sumber agar otot dapat terus berkontraksi.
Rigor mortis terjadi karena habisnya adenosin trifosfat (ATP) yang dibutuhkan dalam metabolisme sel otot. ATP digunakan sebagai sumber energi bagi otot untuk dapat berkontraksi, dan untuk dapat mempertahankan kontraksi otot memerlukan pasokan ATP yang terus menerus. Tanpa pasokan yang berkelanjutan, ATP yang ada pada otot hanya cukup untuk mempertahankan kontraksi otot selama beberapa detik. Pasokan ATP untuk otot dikelola oleh tiga sistem metabolik, yaitu sistem fosfagen, sistem glikogen-asam laktat atau glikolisis, dan sistem aerobik. Ketiga sistem ini memerlukan waktu untuk memulihkan diri. Setelah kematian, semua produksi ATP berhenti walau konsumsi tetap terjadi. Dengan habisnya ATP, filamen aktin dan miosin menjadi terikat secara permanen dan terbentuklah kaku mayat. Kekakuan akan bertahan hingga terjadinya dekomposisi. Rigor mortis lebih cepat terjadi pada kondisi dimana terdapat aktifitas otot yang besar sebelum kematian. Aktifitas otot ini akan mengurangi persediaan ATP, dan karena setelah aktivitas otot tadi terjadi kematiandimana produksi ATP terhenti, maka rigor mortislebih cepat terjadi. Latihan yang berat, dan kejang merupakan contoh kondisi ini.
Kristanto, E., & Wangko, S. (2015). Patofisiologi Rigor Mortis. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 6(3).