" Mengapa Kaku Mayat dapat digunakan sebagai petunjuk memperkirakan waktu kematian??"

Mengapa Rigor Mortis dapat muncul setelah beberapa saat kematian seseorang?

Mengapa Rigor Mortis dapat muncul setelah beberapa saat kematian seseorang?

by 202110330311031 Aulia Dwi Rahayu -
Number of replies: 0

 Menurut saya setelah membaca beberapa referensi saya menyimpulkan bahwa Rigor mortis terjadi karena ketika seseorang meninggal sudah pasti tidak ada aktivitas sel di tubuhnya sehingga tidak terjadi proses pembentukan ATP, sedangkan ATP sangat dibutuhkan pada metabolisme sel otot dan sebagai sumber agar otot dapat terus berkontraksi.


Rigor  mortis  terjadi  karena  habisnya adenosin trifosfat (ATP)  yang dibutuhkan dalam  metabolisme  sel  otot.  ATP digunakan sebagai sumber   energi   bagi   otot   untuk   dapat berkontraksi,  dan  untuk  dapat  mempertahankan    kontraksi otot memerlukan pasokan ATP  yang  terus  menerus.  Tanpa pasokan yang berkelanjutan,  ATP  yang ada    pada    otot    hanya    cukup    untuk mempertahankan  kontraksi   otot   selama beberapa  detik. Pasokan ATP  untuk  otot dikelola  oleh  tiga  sistem  metabolik, yaitu sistem   fosfagen,   sistem   glikogen-asam laktat atau glikolisis, dan sistem aerobik. Ketiga   sistem   ini   memerlukan waktu   untuk   memulihkan   diri.   Setelah kematian,  semua  produksi  ATP  berhenti walau   konsumsi   tetap   terjadi.   Dengan habisnya ATP,  filamen  aktin  dan  miosin menjadi   terikat   secara   permanen   dan terbentuklah  kaku  mayat.  Kekakuan  akan bertahan hingga terjadinya dekomposisi. Rigor  mortis  lebih  cepat  terjadi  pada kondisi   dimana   terdapat   aktifitas   otot yang  besar  sebelum  kematian.  Aktifitas otot ini akan mengurangi persediaan ATP, dan   karena   setelah   aktivitas   otot   tadi terjadi   kematiandimana   produksi   ATP terhenti,  maka rigor  mortislebih  cepat terjadi.  Latihan  yang  berat,  dan  kejang merupakan contoh kondisi ini.

Kristanto, E., & Wangko, S. (2015). Patofisiologi Rigor Mortis. JURNAL BIOMEDIK: JBM6(3).

219 words