Rigor mortis terjadi karena habisnya
adenosin trifosfat (ATP) yang dibutuhkan
dalam metabolisme sel otot. ATP sebagai
sumber energi bagi otot untuk dapat
berkontraksi, dan untuk dapat mempertahankan kontraksi, otot memerlukan
pasokan ATP yang terus menerus. Tanpa
S36 Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm. S33-39
pasokan yang berkelanjutan, ATP yang
ada pada otot hanya cukup untuk
mempertahankan kontraksi otot selama
beberapa detik. Pasokan ATP untuk otot
dikelola oleh tiga sistem metabolik, yaitu
sistem fosfagen, sistem glikogen-asam
laktat atau glikolisis, dan sistem aerobik.
Pada kondisi optimal, sistem fosfagen
dapat memberi pasokan untuk daya otot
maksimal selama 10-15 detik; sistem
glikogen-asam laktat dapat memberi
pasokan selama 30-40 detik; dan sistem
aerob dapat bekerja untuk waktu yang
tidak terbatas. Setelah kontraksi akibat
aktifitas, ketiga sistem ini memerlukan
waktu untuk memulihkan diri. Setelah
kematian, semua produksi ATP berhenti
walau konsumsi tetap terjadi. Dengan
habisnya ATP, filamen aktin dan miosin
menjadi terikat secara permanen dan
terbentuklah kaku mayat. Kekakuan akan
bertahan hingga terjadinya dekomposisi. Energi yang digunakan oleh otot
maupun seluruh aktivitas fisik tubuh
manusia berasal dari konversi fosfat
berenergi tinggi (adenosin trifosfat/ATP)
ke fosfat yang berenergi lebih rendah
(adenosin difosfat/ADP dan adenosin
monofosfat/AMP). Pada saat hidrolisis
untuk konversi ATP ini, proton, energi
dan panas akan terbentuk. Karena tubuh
tidak dapat menyimpan ATP dalam
jumlah besar, maka tubuh perlu secara
konstan melakukan resintesis ATP.
Penyebab Kaku Mayat dan Hubungannya dengan Kematian
Number of replies: 0222 kata