1. Akibat yang dapat ditimbulkan apabila ayam mengalami heat stress adalah peningkatan konsumsi air minum dan penurunan konsumsi ransum. Hal ini dilakukan sebagai kompensasi dari kegiatan panting ayam. Penurunan konsumsi ransum akan berdampak pada peningkatan FCR dan penurunan produksi, baik bobot badan pada ayam pedaging maupun telur pada ayam petelur, secara kualitas serta kuantitas. Jika tidak cepat diatasi maka akan menimbulkan kematian. Selain menurunkan produktivitas ayam, kejadian heat stress dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh (bersifat imunosupresif) sehingga ayam rentan terhadap serangan berbagai macam penyakit. Hal ini terjadi karena turunnya jumlah serta aktivitas dari leukosit (sel darah putih yang berfungsi melawan bibit penyakit) secara signifikan, atau dikenal dengan istilah lazy leucocyte syndrome. Selain itu aktivitas limfosit juga menurun. Ketika stres terjadi pada ayam secara kronis, maka ayam akan langsung memberikan respon fisiologis. Secara hormonal, kelenjar adrenal akan memproduksi banyak hormon ACTH (adeno-corticotropic hormone) sehingga kadarnya meningkat tajam dalam darah. Kadar kolesterol, asam askorbat (vitamin C) dan produksi antibodi juga akan menurun.Efek lanjut akibat kondisi sistem pertahanan tubuh ayam yang rendah, yaitu apabila terpapar oleh udara yang berdebu maka ayam akan dengan cepat terjangkit penyakit, misalnya colibacillosis. Perlu kita ketahui bahwa bakteri E. coli ada di mana-mana, termasuk pada udara berdebu saat musim kemarau. Dalam setiap gram debu bisa membawa 105 koloni bakteri E.coli. Pada DOC, heat stress juga dapat menyebabkan kegagalan penyerapan kuning telur yang nantinya dapat menimbulkan masalah lain seperti omphalitis dan antibodi maternal yang tidak terserap.
2. Dalam rangka homeostasis, terdapat 5 mekanisme tubuh ayam untuk melepaskan panas tubuh yang berlebihan, yaitu: (1) Radiasi panas dari ayam ke lingkungan terjadi akibat perbedaan temperatur permukaan tubuh dan temperatur udara sekitarnya. (2) Konveksi terjadi melalui aliran udara dari jengger, pial, wajah, kaki, jari-jari, leher, tubuh dan sayap. (3) Konduksi terjadi dengan menyalurkan panas dari tubuh ke permukaan benda, misalnya litter, lantai atau dinding kandang. (4) Evaporasi (penguapan): perpindahan panas karena adanya penguapan dari bagian tubuh ayam. (5) Faecal Excreta (buang panas melalui kotoran): perpindahan panas melalui kotoran yang lebih basah karena banyak minum. Evaporasi dan Faecal Excreta sangat penting bertanggung jawab atas kejadian dehidrasi pada ayam penderita heat stress. Apabila dilihat dari tingkah lakunya karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, maka respon yang terlihat dari tingkah laku ayam ketika mengalami heat
stress antara lain:
▪ Ayam merenggangkan, menggantung, atau melebarkan sayapnya. Akan tetapi usaha ini kurang optimal karena suhu lingkungan kandang tidak berbeda nyata dengan panas tubuhnya.
▪ Ayam menempelkan tubuh ke dinding kandang yang lebih dingin atau membenamkan tubuhnya ke dalam litter. Terkadang ayam juga melakukan “mandi” di tempat minum.
▪ Melakukan peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi), terutama pada bagian jengger, pial, dan kaki sehingga bagian tersebut warnanya menjadi lebih merah dan panas.
▪ Ayam melakukan panting, yaitu bernapas melalui tenggorokan atau meningkatkan evaporasi (penguapan). Ayam akan membuka mulutnya dan menggerakkan tenggorokannya sebagai tempat keluar masuk udara. Ayam yang sudah melakukan panting namun suhu tubuhnya tidak menurun, akan menjadi lemah, pingsan, kemudian bisa mati mendadak. Kematian akibat heat stress ini terutama akan mulai terjadi saat suhu tubuh ayam mencapai 42 derajat celcius atau lebih.
3. Amonia merupakan gas hasil dekomposisi bahan limbah nitrogen dalam eskreta, seperti uric acid, protein yang tidak diserap, asam amino dan senyawa non protein nitrogen (NPN) lainnya akibat adanya aktivi-tas mikroorganisme di dalam feses. Selain mencemari lingkungan, gas NH3 dapat menurunkan penampilan ternak, meningkatkan kepekaan ternak terhadap penyakit serta menurunkan efisiensi kerja dari pekerja kandang. Amonia merupakan faktor predisposisi penyakit di dalam kandang. kadar amonia yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Amonia memiliki efek buruk terutama pada rongga hidung dan mata ayam yang terkena dampak karena alkalinitas gas yang bersifat korosif. Pada mata ayam dapat menyebabkan keratitis (peradangan pada kornea) dan konjuntivitis akibat kadar amonia yang tinggi yang dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu apabila gas terhirup ayam akan menyebabkan silia di sel-sel epitel saluran pernafasan paralisis, rusak atau tidak berfungsi untuk menghalau benda asing atau mikroba. Akibatnya mikroba dapat mencapai paru-paru dan menyebabkan radang dan gangguan pernafasan. Selain itu kadar amonia yang tinggi juga dapat menyebakan luka-luka pada selaput lendir pernafasan yang akibatnya mudah terinfeksi oleh bakteri seperti Escherichia coli , Myycoplasma atau virus yang menyerang saluran pernafasan